Kenapa harus merantau kalau masih bisa lanjut di sini (red: Indo)? Kenapa harus pergi jauh kalau di tempat yang dekat aja juga bisa kuliah?
Mungkin sebagian dari kamu ada yang kepikiran kayak gini. Aku juga terkadang kepikiran hal yang sama. Kenapa harus ke luar negeri, coba kalau kuliah di Indonesia, pasti bisa pulang kapanpun aku mau. Ga perlu harus nunggu setahun atau dua tahun untuk pulang karena tiket mahal, ga perlu ribet bawa koper-koper besar kalau pulang, bisa selalu kumpul sama keluarga juga, bisa terus bareng-bareng sama temen deket di sana. Kenapa coba harus mutusin buat merantau, jauh pula!
Merantau pasti punya hal-hal negatif, yang mana hal negatif itu adalah kehilangan kesempatan bareng keluarga, teman, saudara. Tapi, sejatinya merantau itu selalu menggantikan negatif dengan hal positif. Semua yang kita tinggalkan itu selalu berbanding lurus dengan apa yang akan kita dapatkan. Teman? Kita akan dapati teman baru nantinya, saudara? kita juga akan ketemu dengan orang-orang yang mana bakalan berarti banget di kehidupan kita atau mungkin menjadi bagian dari kesuksesan di hidup kita. Dan yang paling positif dari merantau itu, kita jadi mengerti apa itu yang disebut rindu. Rindu kampung halaman, rindu kehangatan keluarga, dan rindu itu yang membuka mata kita akan cinta rumah. Kalau kita ga pernah jauh dari rumah, kita ga akan pernah tau gimana caranya menghargai ibu kita, menghargai ayah kita, mencintai adik kakak kita. Tapi, rantau mengajarkan kita itu semua.
Setelah ke Turki, liburan panjang bagiku adalah sebuah anugerah. Karena itu adalah kesempatan buat aku bisa puas-puasin makan masakan Ibu yang ga pernah aku rasain selama dua tahun. Bisa nonton TV bareng keluarga lengkap aja rasanya udah seneng banget, padahal dulu ini tuh hal yang biasa :D Emang agak lebay aja sih ya. Tapi beneran deh, kalau kamu uda jauh dari rumah, ngeliat tempe goreng aja udah kayak ngeliat surga. Seneng bangeeet. Apalagi dapet semangkuk mie Aceh rebus pedas pake kepiting. Uhhhh. Udah deh. Ga pengen balik lagi kuliah. Percaya! :D :D (By the way kenapa contohnya makanan semua yak! Maapkeun, udah terlalu lama ga makan kepiting jadi gini).
Ah, Vi. Kita udah sering denger yang begituan di tipi, di novel. Basi!
Oke! Sekarang gini, berada di negeri sendiri itu terkadang menjadikan kita berada di zona nyaman terus. Mau ini, gampang, mau itu, mudah. Tapi ketika kamu ada di lingkukan orang-orang yang punya bahasa yang beda sama kamu, orang-orang dengan budaya yang beda, makanan yang beda (makanan lagi), pikiran yang beda, sikap, karakter yang seratus persen beda banget dengan yang sebelumnya ada di sekitar kamu, mau ga mau kamu harus dipaksa untuk survive. Kamu dipkasa untuk keluar dari zona nyaman kamu. Kamu dipaksa untuk jadi orang yang lebih mandiri yang ga dikit-dikit ngeluh. Ketika kamu berhadapan dengan masalah, kamu harus nyelesain itu sendiri, ga ada orang tua yang bisa bantuin kamu di luar sana. Ga ada kakak atau abang yang bisa jadi tempat kamu nangis-nangis bawang. Kamu sendirian. Dan kamu harus bisa nyelesain masalah kamu, seberat apapun. Contoh, ni pengalaman yang udah aku rasain sendiri di Turki ya.
Sepinter apapun dan setinggi apapun level bahasa Inggris kamu di TOEFL, IELTS, SAT, bahasa Inggris kamu itu ga berguna di Turki. Coret! Ga bisa bahasa Turki? See you goodbye aja. Dan ini aku rasain di tahun awal kedatangan. Ada ibu-ibu ngomong, cuma bisa nyengir. Bapak-bapak minta tolong, nyengir. Nenek-nenek ajak kenalan, aku nyengir. Tahun pertama itu, tahun pembelajaran menjadi mahasiswa yang murah nyengir. Ditanyain apa aja? senyum, disapa? senyum, disenyumin? senyum, dimarahin? senyumin aja. Nah, masa-masa ini nih masa yang penuh cerita tak terlupakan biasanya. Salah kalimat lah, salah ucap lah. Temenku misalnya, mau beli roti (ekmek) malah bilang mau beli erkek (cowo). Bapak yang ngejual ekmek ya langsung keringat dingin, serba salah.
Dari yang paling susah itu adalah: KANTOR IMIGRASI. Ha.ha.ha. Denger nama "kantor" berarti di sana bisa Inggris dong? Jangan harap petugasnya bisa bahasa Inggris, ga akan! Di situ tu aku dituntut ngurusin semua dokumen dengan bahasa Turki patah-patah. Ditanya jawabnya yaaa, Evet (Ya), atau Hayır (Enggak). Tapi, walaupun bahasa Turki waktu itu pas-pasan, semua dokumenku terdata Alhamdulillah. Caranya, liatin aja bahasa tubuh orang di depan kita. Dengan bahasa pas-pasan pun kita pasti bisa membaca bahasa tubuh seseorang yang komunikasi dengan kita. Dia tanya apa, dia mau apa, perhatiin baik-baik gerakan tubuhnya. Itu salah satu cara aku buat survive di awal tahun di negeri berbahasa aneh ini, termasuk ketika aku di Jerman sekarang, ha. ha. ha. Dan jangan lupa, senyumin aja :)
Selain itu, ketika kamu berada di luar zona kamu sendiri kamu jadi lebih peka sama orang-orang sekitar kamu. Kamu selalu cari tau cerita-cerita senior. Dan akhirnya kamu akan ketemu dengan orang-orang dengan pengalaman yang hebat. Ini akan jadi poin plus buat kamu lebih termotivasi dalam hidup. Semakin sering kamu bersosialisasi dengan orang-orang di lingkungan baru kamu, semakin besar peluang kamu untuk dapatin pengalaman dan keluarga baru. Jangan pernah malu bertanya ataupun nyapa siapapun. Karena orang Indo yang ada di luar negeri itu kalau ngeliat orang Indo yang lain tu excited banget. Pasti mulai kepo, eh anak baru ga ya itu? Siapa sih tu, kok ga pernah liat. Jadi, be friendly aja. Itu awal kamu buat jaring pertemanan. Setelah itu, jangan lupa untuk ikut organisasi yang ada di negara yang kamu datangi. Karena itulah tempat di mana kamu dapat informasi dan kenalan sama orang lebih banyak lagi.
Kesempatan apa lagi ni yang bisa kamu dapetin ketika kamu kuliah keluar negeri?
Yang pastinya kamu bisa jalan-jalan ke tempat yang belum pernah kamu pergi. Ngeliat hal-hal baru, bisa foto-foto buat kamu masukin ke Instagram kamu, misalnya. Di kampus, kamu bisa ketemu banyak mahasiswa dari negara yang berbeda. Kamu bakalan punya kelas internasional, enak kan? Nah makanya, tunggu apa lagi? Yuk, siapin berkas, mulai hunting beasiswa dari sekarang. Hal-hal positif udah menunggu kamu di belahan bumi yang lain. Masih santai-santai, masih males-malesan? Kalau gitu kamu berarti bukan orang yang cocok untuk mendapatkan hal-hal positif tersebut. :)
Terus semangat calon orang-orang sukses masa depan!
Merantau pasti punya hal-hal negatif, yang mana hal negatif itu adalah kehilangan kesempatan bareng keluarga, teman, saudara. Tapi, sejatinya merantau itu selalu menggantikan negatif dengan hal positif. Semua yang kita tinggalkan itu selalu berbanding lurus dengan apa yang akan kita dapatkan. Teman? Kita akan dapati teman baru nantinya, saudara? kita juga akan ketemu dengan orang-orang yang mana bakalan berarti banget di kehidupan kita atau mungkin menjadi bagian dari kesuksesan di hidup kita. Dan yang paling positif dari merantau itu, kita jadi mengerti apa itu yang disebut rindu. Rindu kampung halaman, rindu kehangatan keluarga, dan rindu itu yang membuka mata kita akan cinta rumah. Kalau kita ga pernah jauh dari rumah, kita ga akan pernah tau gimana caranya menghargai ibu kita, menghargai ayah kita, mencintai adik kakak kita. Tapi, rantau mengajarkan kita itu semua.
Setelah ke Turki, liburan panjang bagiku adalah sebuah anugerah. Karena itu adalah kesempatan buat aku bisa puas-puasin makan masakan Ibu yang ga pernah aku rasain selama dua tahun. Bisa nonton TV bareng keluarga lengkap aja rasanya udah seneng banget, padahal dulu ini tuh hal yang biasa :D Emang agak lebay aja sih ya. Tapi beneran deh, kalau kamu uda jauh dari rumah, ngeliat tempe goreng aja udah kayak ngeliat surga. Seneng bangeeet. Apalagi dapet semangkuk mie Aceh rebus pedas pake kepiting. Uhhhh. Udah deh. Ga pengen balik lagi kuliah. Percaya! :D :D (By the way kenapa contohnya makanan semua yak! Maapkeun, udah terlalu lama ga makan kepiting jadi gini).
Ah, Vi. Kita udah sering denger yang begituan di tipi, di novel. Basi!
Oke! Sekarang gini, berada di negeri sendiri itu terkadang menjadikan kita berada di zona nyaman terus. Mau ini, gampang, mau itu, mudah. Tapi ketika kamu ada di lingkukan orang-orang yang punya bahasa yang beda sama kamu, orang-orang dengan budaya yang beda, makanan yang beda (makanan lagi), pikiran yang beda, sikap, karakter yang seratus persen beda banget dengan yang sebelumnya ada di sekitar kamu, mau ga mau kamu harus dipaksa untuk survive. Kamu dipkasa untuk keluar dari zona nyaman kamu. Kamu dipaksa untuk jadi orang yang lebih mandiri yang ga dikit-dikit ngeluh. Ketika kamu berhadapan dengan masalah, kamu harus nyelesain itu sendiri, ga ada orang tua yang bisa bantuin kamu di luar sana. Ga ada kakak atau abang yang bisa jadi tempat kamu nangis-nangis bawang. Kamu sendirian. Dan kamu harus bisa nyelesain masalah kamu, seberat apapun. Contoh, ni pengalaman yang udah aku rasain sendiri di Turki ya.
Sepinter apapun dan setinggi apapun level bahasa Inggris kamu di TOEFL, IELTS, SAT, bahasa Inggris kamu itu ga berguna di Turki. Coret! Ga bisa bahasa Turki? See you goodbye aja. Dan ini aku rasain di tahun awal kedatangan. Ada ibu-ibu ngomong, cuma bisa nyengir. Bapak-bapak minta tolong, nyengir. Nenek-nenek ajak kenalan, aku nyengir. Tahun pertama itu, tahun pembelajaran menjadi mahasiswa yang murah nyengir. Ditanyain apa aja? senyum, disapa? senyum, disenyumin? senyum, dimarahin? senyumin aja. Nah, masa-masa ini nih masa yang penuh cerita tak terlupakan biasanya. Salah kalimat lah, salah ucap lah. Temenku misalnya, mau beli roti (ekmek) malah bilang mau beli erkek (cowo). Bapak yang ngejual ekmek ya langsung keringat dingin, serba salah.
Dari yang paling susah itu adalah: KANTOR IMIGRASI. Ha.ha.ha. Denger nama "kantor" berarti di sana bisa Inggris dong? Jangan harap petugasnya bisa bahasa Inggris, ga akan! Di situ tu aku dituntut ngurusin semua dokumen dengan bahasa Turki patah-patah. Ditanya jawabnya yaaa, Evet (Ya), atau Hayır (Enggak). Tapi, walaupun bahasa Turki waktu itu pas-pasan, semua dokumenku terdata Alhamdulillah. Caranya, liatin aja bahasa tubuh orang di depan kita. Dengan bahasa pas-pasan pun kita pasti bisa membaca bahasa tubuh seseorang yang komunikasi dengan kita. Dia tanya apa, dia mau apa, perhatiin baik-baik gerakan tubuhnya. Itu salah satu cara aku buat survive di awal tahun di negeri berbahasa aneh ini, termasuk ketika aku di Jerman sekarang, ha. ha. ha. Dan jangan lupa, senyumin aja :)
Selain itu, ketika kamu berada di luar zona kamu sendiri kamu jadi lebih peka sama orang-orang sekitar kamu. Kamu selalu cari tau cerita-cerita senior. Dan akhirnya kamu akan ketemu dengan orang-orang dengan pengalaman yang hebat. Ini akan jadi poin plus buat kamu lebih termotivasi dalam hidup. Semakin sering kamu bersosialisasi dengan orang-orang di lingkungan baru kamu, semakin besar peluang kamu untuk dapatin pengalaman dan keluarga baru. Jangan pernah malu bertanya ataupun nyapa siapapun. Karena orang Indo yang ada di luar negeri itu kalau ngeliat orang Indo yang lain tu excited banget. Pasti mulai kepo, eh anak baru ga ya itu? Siapa sih tu, kok ga pernah liat. Jadi, be friendly aja. Itu awal kamu buat jaring pertemanan. Setelah itu, jangan lupa untuk ikut organisasi yang ada di negara yang kamu datangi. Karena itulah tempat di mana kamu dapat informasi dan kenalan sama orang lebih banyak lagi.
Kesempatan apa lagi ni yang bisa kamu dapetin ketika kamu kuliah keluar negeri?
Yang pastinya kamu bisa jalan-jalan ke tempat yang belum pernah kamu pergi. Ngeliat hal-hal baru, bisa foto-foto buat kamu masukin ke Instagram kamu, misalnya. Di kampus, kamu bisa ketemu banyak mahasiswa dari negara yang berbeda. Kamu bakalan punya kelas internasional, enak kan? Nah makanya, tunggu apa lagi? Yuk, siapin berkas, mulai hunting beasiswa dari sekarang. Hal-hal positif udah menunggu kamu di belahan bumi yang lain. Masih santai-santai, masih males-malesan? Kalau gitu kamu berarti bukan orang yang cocok untuk mendapatkan hal-hal positif tersebut. :)
Terus semangat calon orang-orang sukses masa depan!