![]() Azan Isya membuatku dan teman-teman segera mengambil wudhu. Kami tak ingin melewatkan nikmat tarawih di malam-malam terakhir, suasana yang akan segera pergi dan hanya bisa dirasakan setahun lagi. Malam ini, langit seakan memakan sebelah bulan. Setengah cahayanya menghilang. Tanda bahwa Ramadhan tak lama lagi akan berpamitan. Ramadhan kali ini adalah Ramadhanku yang berbeda dari sebelumnya. Tak pernah sedikit pun terbayangkan bahwa aku akan berpuasa jauh dari rumah, bahkan berada di luar Indonesia. Tahun ini aku melewati Ramadhan di Turki bersama anak-anak Indonesia yang lain. Dan ternyata, melalui Ramadhan di bumi Sultan Muhammad Fatih mengajarkanku banyak hal. Mulai dari kesabaran karena Ramadhan di Turki berlangsung selama musim panas. Yang artinya adalah aku harus berpuasa selama hampir 18 jam. Menjadi negara sekuler membuat Ramadhan terasa berbeda di sini, khususnya Istanbul. Jika di Aceh semua toko-toko makanan ditutup, Ramadhan di sini sama saja seperti hari-hari biasa. Toko-toko makanan masih menjajakan dagangannya secara terang-terangan. Dan jangan kaget jika anda berkunjung ke Istanbul di bulan Ramadhan mendapati sebagian orang menikmati sarapan dan makan siang di jalan. Itu sudah menjadi hal biasa. Ya, negara ini bukan seperti Serambi Mekkah kita yang begitu menjunjung tinggi Ramadhan dan menghormati orang-orang yang berpuasa. Di sini semua dianggap sama. Awalnya, kupikir puasa kali ini akan benar-benar terasa memberatkan. Namun, ternyata aku salah. Waktu yang panjang terasa begitu singkat. Godaan-godaan dari sekitar hanyalah seperti tak terlihat. Sama seperti keraguanku melewati puasa kali ini, awalnya kupikir akhir Ramadhan di negara sekuler ini membuat mesjid-mesjid sepi. Namun, lagi-lagi ternyata aku salah. Aku tercengang melihat shaf-shaf yang masih berjejer rapi hingga akhir. Dan yang lebih mengagumkan lagi, tak hanya orang tua yang memakmurkan mesjid, anak muda pun terlihat. Mereka tak kalah antusias. Semua berlomba-lomba memperbanyak ibadah. Sisi yang benar-benar bertolak belakang dengan apa yang kulihat di jalan sebelumnya. Ternyata, menjadi negara sekuler bukan berarti membuat seluruh warganya jauh dari Islam. Ada hal yang begitu membuatku kagum selama awal Ramadhan di sini. Sebuah program pengajian yang dibuat oleh sebagian ibu-ibu di rumah mereka. Program yang biasa dikenal dengan sebutan mukabele. Karena mengikuti program ini pulalah, Ramadhan tak terasa berat bagiku. Program ini dilakukan setiap hari selama bulan Ramadhan. Para ibu akan membuat grup-grup dan berkumpul di rumah salah satu anggota untuk membaca Al Qur’an bersama. Hampir sama dengan pengajian yang ibu-ibu lakukan di Aceh, memanggil ustadz atau ustadzah untuk mendengarkan bacaan mereka dan sesekali memberi tausiyah. Dalam satu hari biasanya para anggota mukabele dapat menghabiskan dua sampai tiga juz perorangnya. Jadi, sebelum akhir Ramadhan mereka telah mengkhatamkan Al Qur’an hingga berpuluh-puluh kali. Aku dan murid-murid Indonesia lainnya juga diikutsertakan dalam program ini. Setiap hari mereka akan menelpon dan memberitahu alamat di mana mukabele akan dilaksanakan. Tak hanya satu rumah, terkadang kami juga berpindah ke rumah yang lain. Jika tak ada kegiatan di rumah atau di kampus, kami akan pergi mukabele di siang harinya hingga buka puasa tiba. Dan waktu selama itu hanya diperuntukkan untuk membaca Al Qur’an dan berdoa. Ibu-ibu Turki itu akan sangat bahagia jika kita bersedia datang ke rumahnya. Membaca Al Qur’an dan meminta mendoakan keberkahan untuk mereka. Untuk keluarga yang sakit dan yang telah meninggal dunia. Bahkan, yang lebih membuatku terharu adalah mereka yang sama sekali tidak bisa membaca Al Qur’an, tetapi ingin khatam di bulan Ramadhan, pun ikut meramaikan program ini. Di sinilah kami, murid-murid Indonesia, membantu mereka. Membacakan juz-juz dengan suara keras agar mereka bisa menyimak. Perasaan yang sangat berbeda ketika tiap kali juz-juz itu selesai kami baca. Terkadang ada ibu-ibu yang menangis dan memeluk erat ketika kami hendak pulang. Mereka berharap nantinya juga bisa lancar membaca, bahkan kalau bisa menjadi salah satu dari para hafidz Qur’an. Tak hanya itu, saat Ramadhan tiba, banyak kursus Al Qur’an gratis dibuka di mana-mana. Anak kecil hingga orang dewasa yang belum dapat membaca Al Qur’an akan beramai-ramai datang ke tempat tersebut. Belajar huruf Arab dan mempelajari tajwid. Tempat ini benar-benar tidak memungut biaya sepeserpun. Semua dilakukan dengan ikhlas dan semata mengharap ridho Allah. Sejak masa kekhalifahan Utsmani, rakyat Turki sudah terkenal dengan kegemarannya bersedekah. Dan di Ramadhan kali ini, aku dapat menyaksikan sendiri kedermawanan mereka. Berbondong-bondong mereka mengeluarkan harta yang mereka punya. Dimulai dari pejabat hingga ibu rumah tangga. Tak jarang kami di sini mendapat berkah dari sedekah itu. Bahkan, salah satu temanku mendapat tiket gratis untuk pulang ke Indonesia. Inilah Turki, tempat di mana seorang cleaning service pun tak ingin ketinggalan bersedekah. Kadang mereka hanya bisa memberi sekotak sabun ataupun seplastik buah-buahan saja. Namun, keinginan mereka untuk bersedekah benar-benar besar. Mereka yakin, walaupun hanya sepotong roti kecil yang mereka beri akan sangat dibutuhkan. Andai bersedekah juga menjadi kebiasaan warga Aceh. Saling berbagi dengan sesama yang saling membutuhkan. Tak hanya warganya, pemerintah Turki juga sama. Jika kita berjalan-jalan di kawasan ramai, akan kita jumpai tenda-tenda putih berdiri memenuhi jalan. Kursi dan meja disusun serapi mungkin. Dan bau makanan hangat akan tercium. Itu adalah tempat di mana pemerintah menyediakan buka puasa gratis bagi warganya selama Ramadhan. Namun, jangan salah. Bukan hanya warga tak mampu yang rela berantri ria, sebagian masyarakat yang ‘cukup’ pun dapat kita lihat di barisan antrian. Ini bukan soal gengsi dan jenjang ekonomi kehidupan. Akan tetapi, tentang arti berbagi dan kebersamaan, walau hanya dengan makanan sederhana. Selain itu, untuk meramaikan buka puasa terkadang juga akan diundang artis ibukota. Bahkan, Maher Zein pun sempat menyapa warga Turki dengan lagu-lagu Islaminya. Ada satu malam di bulan Ramadhan yang menjadi ciri khas seperti di Indonesia. Mereka menyebutnya Kader Gecesi. Malam ke dua puluh tujuh Ramadhan. Malam yang menjadi kepercayaan warga Turki dan Indonesia sebagai malam turunnya Al Quran dan Lailatul Qadar. Ibadah akan semakin ditingkatkan di malam ini. Mesjid-mesjid akan penuh oleh orang-orang yang beri’tikaf. Semua orang ingin mendapatkan berkah Lalilatul Qadar. Walaupun sebenarnya, tak ada yang tahu kapan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu akan tiba. Menurut perkataan teman Turkiku, saat itu juga toko-toko roti akan menjual roti khusus yang hanya dijumpai di Kader Gecesi, maulid Nabi dan hari Isra Mi’raj Rasulullah Saw. Roti itu berbentuk lingkaran dengan bolong di tengahnya seperti donat. Roti ini akan disajikan untuk tamu di rumah-rumah dan di asrama-asrama. Semoga aku juga bisa merasakan roti spesial itu nantinya di malam ke dua puluh tujuh. Suasana Ramadhan di Turki memang terasa berbeda. Negara ini seakan memiliki dua kubu. Satu adalah orang-orang modern yang hidup bergaya Eropa, satu lagi adalah orang-orang yang hidup seperti pada masa khalifah. Negara sekuler yang ternyata menyimpan kerinduan akan Islam yang begitu luar biasa di hati warganya. Keinginan beribadah yang begitu besar. Anak-anak remaja yang berlomba menyelesaikan hafalan Al Qur’an, mempelajari tajwid, dan ibu-ibu yang ingin khatam. Hal ini pulalah yang menjadi pendobrak semangatku di kala luntur dan malas-malasan beribadah. Jika yang renta dapat menghabiskan tarawih hingga rakaat dua puluh, yang buta tulisan Arab berlomba untuk khatam, mengapa kita sebagai anak muda tidak bisa? Padahal mereka bersusah payah ketika sujud dan ruku’, menahan sakit pinggang dan lutut. Dan membaca dengan penglihatan yang tak lagi jelas. Jika di negara sekuler Ramadhan sangat dirindukan, mengapa di Serambi Mekkah Ramadhan tak bisa menjadi tamu istimewa? Lalu, masihkah kita menyia-nyiakan sisa Ramadhan yang sebentar lagi akan meninggalkan kita?
0 Comments
Leave a Reply. |
SELAMAT DATANG :DCategories
All
Archieve
December 2020
|