Kakak enak jalan-jalan terus keliling Eropa. Bisa liat Eiffel, Colloseum, macem-macem. Apalah kami yang mainnya cuma ke warung pisang goreng depan kos aja.
0 Comments
Ada doa yang selalu kusebut sejak aku masih duduk di bangku SMP. Allah memang Yang Maha Baik, Maha Mendengar dan Maha Pengabul segala doa. Aku selalu berharap agar suatu hari nanti aku dapat bersujud di langit yang berbeda, dan Allah membiarkan satu mimpi itu menjadi kenyataan. Siapa sangka aku akhirnya dapat menginjakkan kaki di kotanya Meazza?
Kota Kedua!
Ibukota Hungaria ini dulunya pernah sempat menjadi bagian dari Kekaisaran Utsmaniyyah juga dan katanya umat Muslim mulai diakui di kota ini. Perjalanan trip Eropa kami kali ini sejatinya bukan cuma jalan-jalan, tapi juga untuk melihat kehidupan Islam di tiap negara yang kami datangi. Berdasarkan info-info yang kami dapati sebelum sampai ke Budapest, keadaan Muslim di Hungary tidak lagi seperti keadaan sebelum abad-19. welcome to us! Setelah melewati perjalanan 8 jam dari Essen, Jerman dengan bus, akhirnya aku sampai juga di Praha. Aku dan teman-teman udah sepakat untuk ketemu di bus station. Aku segera mencari Farabi dan Aznil, sedang Haykal masih dalam perjalanan. Ternyata, ada satu orang lagi yang bakalan ikutan sama kita di trip ini. Namanya Ramazan, orang Turki, sahabatnya Haykal. Kami sempat kaget karena datangnya Ramazan di luar perkiraan plus Haykal baru ngabarin pagi ini. Lima menit kemudian Haykal datang. Sebelum keliling kota kami sarapan dulu dengan bekal yang dibawa dari rumah masing-masing. Kami ga kepikiran harus nitip carier. So, seharian kami bawa carier yang beratnya masyallah. Walaupun carier bawaanku termasuk yang paling ringan dari yang lainnya, seharian bawa carier buat jalan lama-lama terasa berat juga. Tujuan pertama kami ke The Old Town Square and The Astronomical Clock. Saat menuju ke sana kami sempat melewati Powder Tower, ini adalah gerbang yang membatasi kota lama dan kota baru, juga tempat di mana dulunya bubuk mesiu disimpan. Kami juga melewati Sungai Vitava yang membelah kota Praha. Pemandangan di sekitar sungai benar-benar indah dengan jembatan-jembatan yang menggabungkan daratan di antara sungai, juga pohon-pohon yang mulai berubah kekuningan. Ketika sampai di Old Town Square, keramaian penduduk kota menyapa kami. Weekend selalu menjadi quality time bersama keluarga dan ternyata hal ini juga kudapati di Praha. Banyak anak-anak yang asik bermain balon yang dibuat oleh seorang bapak paruh baya, ada pasangan-pasangan muda, bahkan pasangan yang sedang mengambil foto pra-wed juga terlihat. Kumpulan bapak-bapak dan ibu-ibu dengan keseruan becanda mereka juga tak kalah menghiasi town square. Di beberapa sudut kota juga terlihat para pemandu wisata yang menawarkan jasa kepada para turis. Tepat di square ini terdapat Astronomical Clock yang dibuat pada tahun 1410. Jam astronomi tertua ketiga di dunia dan salah satu yang masih beroperasi hingga sekarang. Kami tak berlama-lama di sini dan langsung menuju ke tujuan selanjutnya. Charles Bridge. Salah satu jembatan tua di Eropa dan terkenal dengan patung-patung tua di sekitarannya. Jembatan ini terkesan horor dengan gaya arsitektur Gothic, tapi jembatan ini juga disebut salah satu dari tempat paling romantis di dunia. Aku ga menyangka kalah jembatan Charles bakalan padat. Ternyata bukan cuma turis yang datang ke jembatan ini, tapi juga penduduk lokal. Tak hanya itu, jembatan juga dipenuhi dengan pemain musik, penjual souvenir, dan pelukis jalanan. Kesempatan untuk foto di jembatan ini dengan pemandangan bagus ternyata gagal. 😀 Setelah menyebrangi Charles Bridge kami menuju ke Mala Strana. Salah satu menara di mana kita dapat melihat seluruh kota Praha dari ketinggian. Dengan membayar 65 CZK kami pun dapat melihat Praha sepuasnya. Dari atas menara ini, kami dapat melihat Mirror Chapel, The Church of Our Lady before Tyn, The Old Town Square and The Astronomical Clock, National Theater, bahkan St. Vitus Cathedral juga terlihat. Mala Strana menurutku termasuk salah satu tempat rekomendasi kalau kamu pergi ke Praha.🙂 Setelah itu kami menuju ke Prague Castle. Awalnya kami berniat untuk masuk, tapi ternyata antriannya cukup panjang. Jadi, kami hanya mengambil foto di depannya saja ditambah karena kelelahan menaiki tangga cukup banyak dengan carier di punggung. Setelah puas di Prague Castle kami turun untuk mencari makan siang. Tempat makanan halal di kota ini terletak cukup jauh dari castle tetapi dekat dengan bus station. Jadi kami harus menyusuri Charles Bridge lagi untuk bisa sampai ke sana. Awalnya kami berniat untuk makan di rumah makan Turki, tetapi ternyata di sampingnya ada rumah makan Syria dengan harga yang lebih terjangkau. Jadilah kami menghabiskan makan siang di sana. Dari semua perjalanan, perjalanan selanjutnya lah yang paling sulit. Mencari mesjid. Kami sudah bertanya dengan pemilik rumah makan dan mereka juga telah menunjukkan jalan. Tetapi sayangnya, kami tidak menemukan tempat yang ditunjuk. Haykal sempat bahagia karena melihat simbol mesjid di salah satu metro station terdekat. Ketika kami sampai di sana dan mengamati baik-baik simbol tersebut, ternyata simbol itu bukan simbol mesjid, melainkan gereja. Kami coba bertanya dengan beberapa orang dan polisi di mana islamic center terdekat. Tapi sayangnya, pertanyaan kami dijawab dengan tatapan aneh, mengejek dan sinis. Alhasil kami kembali lagi ke rumah makan Syria dan menanyakan dengan pasti di mana mesjid. Setelah cukup lama mencari akhirnya kami menemukan mesjid juga, tepat berada di balik rumah makan Azerbaijan. Kami bertemu dengan imam mesjidnya dan ingin bertanya-tanya lebih banyak tentang kehidupan Islam di negeri ini. Sayang, beliau baru ada waktu setelah Isya, sedang kami tak punya waktu banyak di Praha. Di mesjid ini kami istirahat sejenak sambil menunggu Magrib. setelah puas menghilangkan lelah kami segera menuju ke Dancing House, salah satu ikon kota yang juga sangat terkenal di Praha. Dari Dancing House kami menuju ke National Theater. Warna keemasan lampu jalanan membuat dua tempat ini tambah cantik. 🙂 Sebelum menuju ke bus station, kami duduk di sebuah taman samping jalan karena Ramazan harus sholat Isya. Mengikuti mazhab Hanafi membuat Ramazan tidak dapat menjama solat seperti yang kami lakukan. Sembari Ramazan solat, kami tiduran di bangku taman seperti gelandangan. Hawa dingin dari Sungai Vitava membuat kami malah ingin tidur di atas bangku karena kelelahan. Jadi, gini rasanya jadi tunawisma 😀 Masih banyak tempat wisata yang belum kami kunjungi di Praha, tapi perjalanan kali cukup puas. Puas capeknya bawa carier 😀 Well, semoga bisa kemari lagi suatu hari nanti, dengan cerita berbeda atau mungkin orang yang berbeda juga 🙂
Thank you Praha for the warm welcome. Aku seorang pemimpi yang terlalu mabuk hingga lupa cara untuk bangun! Bermula sejak aku membeli peta dunia dengan uang pinjaman dari salah satu sahabat. Lalu mulai melingkari satu-satu kota yang ingin kukunjungi. Mulai dari Turki, lalu berlanjut ke Eropa. Asia dan Afrika juga tak lupa kulingkari. Aku tak tau kapan mimpi-mimpi itu bisa kugapai, bahkan untuk percaya saja rasa berani itu tak ada. Sedikit harapan bahwa suatu hari mimpi itu akan nyata. Aku selalu bilang ke Ibu bahwa nantinya aku akan berada di benua Eropa, entah bagaimana pun caranya. Ibu hanya menatap dan tersenyum, lalu ia berdoa. Mungkin doa itu yang menjadi kekuatan mimpi-mimpiku jadi nyata. Entah seberapa sering Ibu mengucapkan doa itu, tapi yang pasti saat ini, doa Ibu terkabul. Dua minggu setelah aku menginjak kakiku di Jerman untuk mengikuti program Erasmus, teman-temanku mengajak trip keliling Eropa. Mendengarnya saja aku kaget, harus berapa banyak uang yang akan keluar untuk trip ini? Beasiswa Erasmusku belum keluar dan uang yang kupunya pas-pasan. Namun mereka ternyata telah menyelesaikan detail semua pengeluaran. Budget yang mereka terka sekitar 300 Euro total dengan semua tiket untuk 7 negara 10 kota. Dengan harga segitu kurasa cukup murah keliling Eropa. Aku pun bersedia ikut dan mulai mempersiapkan semuanya. Kami berencana trip berempat, dari semuanya aku lah perempuan satu-satunya. Farabi, temanku dari Bursa, saat ini Erasmus di Polandia. Haykal, mahasiswa Istanbul dan sedang Erasmus di Tubingen, Jerman. Aznil, adik kelas Haykal, Erasmus di Jerman juga. Semuanya kebetulan sama-sama dari Aceh sepertiku. Kenapa berani ngambil keputusan buat keliling Eropa bareng cowo? Awalnya aku sempat ragu, tapi karena tau siapa orang-orang yang akan pergi bersamaku, rasa ragu itu sedikit menghilang dan ditambah lagi tidak ada mahasiswi yang kukenal sedang ikut Erasmus. Farabi kenal satu mahasiswi Turki yang sedang ambil Erasmus juga di Polandia, tapi sayangnya dia tidak bisa ikut. Jadi, mau ga mau, aku harus jadi perempuan sendiri di trip ini. Ini pertama kalinya aku backpacker. Pengetahuanku tentang trip bisa dibilang nol besar. Farabi yang ngejelasin semuanya ke kita, apa yang harus dibawa, apa yang harus dipersiapin, dll. Well, bisa dibilang trip ini 60 persen plan Farabi. Tapi kita ga terima jadi juga. Kita bagi tugas buat cari info negara-negara yang bakalan dikunjungi. Cari peta, cari Islamic center atau mesjid terdekat dengan tempat pariwisata, cari makanan halal, cari harga daily ticket bus atau metro di negara masing-masing, cari tempat penitipan carier, kalau harus nginap, cari hostel ataupun orang Indonesia yang tinggal di sana. Kita bagi tugas untuk ini dan masing-masing harus ngirim data ke tiap orang sebelum berangkat. Trip pertama kita kali ini bakalan ke Eropa Timur, which is dimulai dari Prague terus ke Bratislava, Budapest, Vienna, Milan, Munich, Padova, Venice, Roma, dan Vatikan. Well, gimana serunya trip kita? Baca di cerita selanjutnya yaaa.. |
SELAMAT DATANG :DCategories
All
Archieve
December 2020
|