Turki, siapa yang tak kenal negeri yang menjadi salah satu tujuan utama pariwisata dunia tersebut? Kaya akan budaya, tempat bersejarah, orang-orang yang begitu ramah membuat siapapun ingin berkujung ke negeri empat musim itu, merasakan bagaimana indahnya berada di sebuah negeri yang memiliki jejak di dua benua berbeda. Hingga saat ini, setidaknya ada lebih dari 1500 penduduk Indonesia yang berada di Turki, baik mahasiswa maupun pekerja. Lalu apakah yang menjadi alasan mereka memilih tinggal di negeri Al-Fatih? Saya, termasuk salah satu mahasiswa yang mengambil studi di Turki dan bertempat tinggal di Istanbul, kota besar yang terkadang dikira sebagai ibukota karena populasi yang begitu padat, padahal ibukota Turki berada di Ankara. Mungkin Istanbul dapat dikatakan sebagai “Amerika”nya Turki. Di kota ini berbagai jenis orang dapat kita lihat. Baik dari yang berkulit putih pucat hingga hitam legam. Di kota ini juga kita dapat bertemu orang-orang dari berbagai penjuru dunia dan mengenal budaya mereka. Ya, sama seperti Amerika. Apa sih keistimewaan Istanbul? Ini merupakan salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan kepada saya. Mengapa memilih Turki? Bagaimana hidup sana? Bahkan ada beberapa orang yang mengira bahwa Turki termasuk negara yang terdapat gurun sahara dengan orang-orang berjubah hitam dan bercadar seperti Arab. Juga ada yang pernah bertanya, “berarti kamu bisa bahasa Arab dong?” Saya hanya tersenyum saja menjawabnya. Turki memang negeri yang bertetangga dengan negeri-negeri Arab seperti Iran, Suriyah, dan Irak, tetapi Turki berbeda dengan Arab. Bahasanya juga berbeda. Saya memilih mengambil studi di negeri ini karena di satu-satunya negeri Eropa inilah saya masih dapat menikmati indahnya lantunan azan setiap lima waktu sholat. Masih dapat menemukan mesjid di sepanjang jalan dan menunaikan ibadah tanpa ada hambatan seperti negeri Eropa lainnya. Ada banyak alasan mengapa Istanbul menjadi prioritas saya, di antaranya selain bisa menikmati pendidikan berkualitas Eropa dengan harga paling murah, saya juga bisa menikmati indahnya pariwisata sejarah. Ya, cuma di sini mahasiswa bisa dengan mudah mengelilingi dan mempelajari sejarah Islam terakhir sambil terus menjalani kuliah. Kalau sudah penat dengan pelajaran-pelajaran rumit atau ujian yang begitu membuat stres, tinggal keluar rumah dan mengelilingi kota saja. Di Istanbul saya dapat menemukan segala jenis alat transportasi apapun. Baik dari yang paling lambat hingga yang paling cepat, laut, dan darat, bahkan ada yang dapat melintasi dua benua hanya dalam hitungan menit saja dari bawah laut. Di kota ini juga saya dapat menemukan makanan lezat dari seluruh penjuru Turki dan membuat siapapun rindu jika sudah mencobanya, seperti yang paling dikenal dunia, kebab. Orang-orang yang berkarakter ramah juga selalu bisa membuat siapapun betah. Baru pertama berkenalan saja kita sudah merasa seperti keluarga yang lama berpisah. Jadi, walaupun jauh dari keluarga di Indonesia, di sini siapapun pasti akan menemukan keluarga baru yang tak kalah hangat.
Namun, di balik seluruh kenikmatan itu, Istanbul juga tak luput dari permasalahan yang menjadi keluhan setiap mahasiswa, khusunya. Biaya hidup yang mahal, misalnya. Istanbul merupakan kota yang menjadi kota dengan biaya hidup termahal seantero Turki. Ini yang selalu menjadi keluhan mahasiswa, apalagi menjelang akhir bulan dan beasiswa yang sudah habis terpakai. Untuk transportasi, misalnya, Turki memang memiliki program setengah harga untuk mahasiswa dalam hal transportasi. Namun, dibanding kota-kota lain yang berada di Asia, Istanbullah yang paling mahal. Jadi, tinggal di Istanbul sama seperti belajar mengatur isi kantong. Boros sedikit, susahnya di akhir. Hal yang juga begitu dikeluhkan adalah kemacetan. Ya, di kota besar mana tak ada macet? Walaupun memiliki transportasi yang kaya dengan berbagai macam model, pagi hari dan petang selalu menjadi titik puncak kemacetan terjadi dikarenakan merupakan jam masuk dan pulang kantor. Alat transportasi yang padat ditambah harus berjam-jam berada di jalan menjadi fenomena biasa di kota ini. Menjadi tujuan pariwisata dunia menjadikan Istanbul begitu ramai. Tempat-tempat bersejarah seperti Hagia Sofia dan Blue Mosque, juga pasar pernak-pernik Turki selalu penuh dan di tempat itulah tak jarang perampokan terjadi jika tak berhati-hati. Istanbul di malam hari juga menjadi salah satu waktu yang paling berbahaya. Untuk mahasiswi, khususnya, disarankan untuk tak lagi keluar rumah setelah Isya dikarenakan banyaknya kasus kejahatan yang terjadi pada malam hari. Namun, seluruh aspek negatif tersebut tidaklah menjadi alasan untuk menghambat saya menempuh pendidikan di sini. Semua tergantung dari segi mana kita menilai. Jika kita memandang dari sudut positif, positiflah yang terlihat, juga sebaliknya. Lagipun, di tempat mana bisa menikmati Eropa dengan aroma Asia?
0 Comments
Leave a Reply. |
SELAMAT DATANG :DCategories
All
Archieve
December 2020
|