Takbir yang sama, di tempat berbeda. Menghadirkan suasana yang berbeda pula bagi saya. Sebersit rasa rindu akan suasana lebaran di Aceh tiba-tiba saja hadir dalam hati. Lebaran kali ini memang tak sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Saya harus melewati Idul Fitri di Negara Atatürk yang jaraknya 14 jam dari Indonesia dengan jalur udara. Rindu semakin bertambah saat malam pertama lebaran. Syahdu gema takbir di seluruh kota seperti di Indonesia tak terdengar. Tak ada anak-anak yang memukul gendang dan meneriakkan takbir lebaran. Memenuhi dan menerangi jalanan dengan obor dan lampu-lampu kecil. Tak ada ibu-ibu yang sibuk mempersiapkan lontong, ketupat, opor ayam, rendang, atau makanan kecil seperti es buah, timphan, kue lebaran, dan makanan lainnya. Lebaran di Turki jatuh pada hari yang sama seperti di Indonesia, Senin 28 Juli 2014. Ada hal begitu mencolok yang membedakan Turki dari Indonesia, yaitu pelaksanaan Shalat Ied yang hanya dilakukan oleh lelaki saja, sedangkan wanita melaksanakannya di rumah. Bukan karena wanita tidak boleh melaksanakan ibadah di mesjid, tetapi ini merupakan tradisi turun menurun. Di Istanbul sendiri, saya masih bisa melihat beberapa wanita yang beribadah di mesjid-mesjid besar, seperti Sultan Ahmet maupun Mimar Sinan Camii. Hanya di mesjid-mesjid kecil saja yang saya lihat dipenuhi oleh laki-laki. Saya dan teman-teman lebih memilih Mimar Sinan Camii untuk melaksanakan Shalat Ied kali ini karena jarak yang lebih dekat dengan rumah kami. Saat lebaran, atau yang dalam bahasa Turki disebut Bayram, orang-orang akan saling mengucapkan ‘Bayramınız mübarek olsun’, seperti kita di Indonesia yang saling mengucapkan ‘minal aidzin wal faidzin’. Sama seperti di Indonesia pula, setelah Shalat Ied orang-orang akan pergi bersilaturrahim ke rumah keluarga atau tetangga terdekat. Inilah yang unik dari negeri dua benua ini. Berkunjung ke rumah-rumah mereka seperti kita berkunjung ke rumah saudara lama. Kehangatan akan terasa saat pertama kali kita memasuki rumah. Mereka akan memperlakukan kita layaknya keluarga sendiri walaupun sebenarnya baru pertama sekali bertemu. Tradisi mereka ini selalu berhasil membuat para tamu merasa dimuliakan. Tak seperti di Indonesia yang menyuguhi makanan berat kepada tamu yang datang ke rumah, di Turki tamu-tamu akan disuguhi dengan manisan seperti coklat dan şeker. Dan yang lebih menarik lagi, akan ada salah satu dari anggota keluarga berkeliling sambil membawakan permen atau coklat dan juga sebotol cologne untuk membasuh tangan, leher dan pipi sebelum mengambil permen-permen itu. Biasanya, anak terkecil yang akan berkeliling dan menyodorkannya kepada para tamu. Di samping manisan akan ada segelas çay (teh) hangat tanpa gula dengan gelas kecil yang telah dipersiapkan. Lebaran juga menjadi tradisi bagi anak-anak di sini berkeliling dari rumah ke rumah dengan membawa kantung kecil. Mereka datang untuk meminta manisan seperti şeker, fındık atau fıstık. Tak jarang beberapa orang juga memberikan uang di dalam amplop warna-warni kepada anak-anak tersebut, seperti tradisi kita di Indonesia. Bayram benar-benar menjadi hari raya, khususnya bagi para mahasiswa asing seperti saya dan teman-teman. Bayram tiba, berarti hari transportasi gratis pun tiba. Ya, pemerintah Turki akan menerapkan program gratis transportasi kota selama tiga hari selama Idul Fitri. Semua orang dapat menaiki seluruh transportasi tanpa membayar sepeserpun kemana pun mereka ingin pergi. Tak ingin melewatkan momen, saya dan teman-teman juga segera menikmati program gratis ini untuk mengelilingi keindahan Istanbul. Tak dapat merasakan lebaran di Aceh dengan segala tradisinya memang membuat rindu. Namun, kehangatan warga Turki selalu dapat meredam sedikit perasaan itu. Ditambah saya yang tak harus melewati lebaran kali ini sendirian. Masih ada anak-anak Indonesia lainnya yang juga tak pulang tahun ini. Kami bersama-sama membuat lebaran terasa seperti di Indonesia. Memasak makanan Indonesia dan bertakbir bersama. Saling bersilaturrahim dengan mahasiswa dan ibu-ibu Indo lainnya. Dari bumi Al Fatih, saya bersama warga Aceh lainnya, menyampaikan segenap rindu kami kepada tanah Serambi Mekkah. Selamat Idul Fitri 1435 H. Bayramınız kutlu olsun. Taqabbalallahu minna wa minkum. Waj’alna minal aidina wal faidzina.
0 Comments
Leave a Reply. |
SELAMAT DATANG :DCategories
All
Archieve
December 2020
|