Ada doa yang selalu kusebut sejak aku masih duduk di bangku SMP. Allah memang Yang Maha Baik, Maha Mendengar dan Maha Pengabul segala doa. Aku selalu berharap agar suatu hari nanti aku dapat bersujud di langit yang berbeda, dan Allah membiarkan satu mimpi itu menjadi kenyataan. Siapa sangka aku akhirnya dapat menginjakkan kaki di kotanya Meazza?
2 Comments
Kota Kedua!
Ibukota Hungaria ini dulunya pernah sempat menjadi bagian dari Kekaisaran Utsmaniyyah juga dan katanya umat Muslim mulai diakui di kota ini. Perjalanan trip Eropa kami kali ini sejatinya bukan cuma jalan-jalan, tapi juga untuk melihat kehidupan Islam di tiap negara yang kami datangi. Berdasarkan info-info yang kami dapati sebelum sampai ke Budapest, keadaan Muslim di Hungary tidak lagi seperti keadaan sebelum abad-19. welcome to us! Setelah melewati perjalanan 8 jam dari Essen, Jerman dengan bus, akhirnya aku sampai juga di Praha. Aku dan teman-teman udah sepakat untuk ketemu di bus station. Aku segera mencari Farabi dan Aznil, sedang Haykal masih dalam perjalanan. Ternyata, ada satu orang lagi yang bakalan ikutan sama kita di trip ini. Namanya Ramazan, orang Turki, sahabatnya Haykal. Kami sempat kaget karena datangnya Ramazan di luar perkiraan plus Haykal baru ngabarin pagi ini. Lima menit kemudian Haykal datang. Sebelum keliling kota kami sarapan dulu dengan bekal yang dibawa dari rumah masing-masing. Kami ga kepikiran harus nitip carier. So, seharian kami bawa carier yang beratnya masyallah. Walaupun carier bawaanku termasuk yang paling ringan dari yang lainnya, seharian bawa carier buat jalan lama-lama terasa berat juga. Tujuan pertama kami ke The Old Town Square and The Astronomical Clock. Saat menuju ke sana kami sempat melewati Powder Tower, ini adalah gerbang yang membatasi kota lama dan kota baru, juga tempat di mana dulunya bubuk mesiu disimpan. Kami juga melewati Sungai Vitava yang membelah kota Praha. Pemandangan di sekitar sungai benar-benar indah dengan jembatan-jembatan yang menggabungkan daratan di antara sungai, juga pohon-pohon yang mulai berubah kekuningan. Ketika sampai di Old Town Square, keramaian penduduk kota menyapa kami. Weekend selalu menjadi quality time bersama keluarga dan ternyata hal ini juga kudapati di Praha. Banyak anak-anak yang asik bermain balon yang dibuat oleh seorang bapak paruh baya, ada pasangan-pasangan muda, bahkan pasangan yang sedang mengambil foto pra-wed juga terlihat. Kumpulan bapak-bapak dan ibu-ibu dengan keseruan becanda mereka juga tak kalah menghiasi town square. Di beberapa sudut kota juga terlihat para pemandu wisata yang menawarkan jasa kepada para turis. Tepat di square ini terdapat Astronomical Clock yang dibuat pada tahun 1410. Jam astronomi tertua ketiga di dunia dan salah satu yang masih beroperasi hingga sekarang. Kami tak berlama-lama di sini dan langsung menuju ke tujuan selanjutnya. Charles Bridge. Salah satu jembatan tua di Eropa dan terkenal dengan patung-patung tua di sekitarannya. Jembatan ini terkesan horor dengan gaya arsitektur Gothic, tapi jembatan ini juga disebut salah satu dari tempat paling romantis di dunia. Aku ga menyangka kalah jembatan Charles bakalan padat. Ternyata bukan cuma turis yang datang ke jembatan ini, tapi juga penduduk lokal. Tak hanya itu, jembatan juga dipenuhi dengan pemain musik, penjual souvenir, dan pelukis jalanan. Kesempatan untuk foto di jembatan ini dengan pemandangan bagus ternyata gagal. 😀 Setelah menyebrangi Charles Bridge kami menuju ke Mala Strana. Salah satu menara di mana kita dapat melihat seluruh kota Praha dari ketinggian. Dengan membayar 65 CZK kami pun dapat melihat Praha sepuasnya. Dari atas menara ini, kami dapat melihat Mirror Chapel, The Church of Our Lady before Tyn, The Old Town Square and The Astronomical Clock, National Theater, bahkan St. Vitus Cathedral juga terlihat. Mala Strana menurutku termasuk salah satu tempat rekomendasi kalau kamu pergi ke Praha.🙂 Setelah itu kami menuju ke Prague Castle. Awalnya kami berniat untuk masuk, tapi ternyata antriannya cukup panjang. Jadi, kami hanya mengambil foto di depannya saja ditambah karena kelelahan menaiki tangga cukup banyak dengan carier di punggung. Setelah puas di Prague Castle kami turun untuk mencari makan siang. Tempat makanan halal di kota ini terletak cukup jauh dari castle tetapi dekat dengan bus station. Jadi kami harus menyusuri Charles Bridge lagi untuk bisa sampai ke sana. Awalnya kami berniat untuk makan di rumah makan Turki, tetapi ternyata di sampingnya ada rumah makan Syria dengan harga yang lebih terjangkau. Jadilah kami menghabiskan makan siang di sana. Dari semua perjalanan, perjalanan selanjutnya lah yang paling sulit. Mencari mesjid. Kami sudah bertanya dengan pemilik rumah makan dan mereka juga telah menunjukkan jalan. Tetapi sayangnya, kami tidak menemukan tempat yang ditunjuk. Haykal sempat bahagia karena melihat simbol mesjid di salah satu metro station terdekat. Ketika kami sampai di sana dan mengamati baik-baik simbol tersebut, ternyata simbol itu bukan simbol mesjid, melainkan gereja. Kami coba bertanya dengan beberapa orang dan polisi di mana islamic center terdekat. Tapi sayangnya, pertanyaan kami dijawab dengan tatapan aneh, mengejek dan sinis. Alhasil kami kembali lagi ke rumah makan Syria dan menanyakan dengan pasti di mana mesjid. Setelah cukup lama mencari akhirnya kami menemukan mesjid juga, tepat berada di balik rumah makan Azerbaijan. Kami bertemu dengan imam mesjidnya dan ingin bertanya-tanya lebih banyak tentang kehidupan Islam di negeri ini. Sayang, beliau baru ada waktu setelah Isya, sedang kami tak punya waktu banyak di Praha. Di mesjid ini kami istirahat sejenak sambil menunggu Magrib. setelah puas menghilangkan lelah kami segera menuju ke Dancing House, salah satu ikon kota yang juga sangat terkenal di Praha. Dari Dancing House kami menuju ke National Theater. Warna keemasan lampu jalanan membuat dua tempat ini tambah cantik. 🙂 Sebelum menuju ke bus station, kami duduk di sebuah taman samping jalan karena Ramazan harus sholat Isya. Mengikuti mazhab Hanafi membuat Ramazan tidak dapat menjama solat seperti yang kami lakukan. Sembari Ramazan solat, kami tiduran di bangku taman seperti gelandangan. Hawa dingin dari Sungai Vitava membuat kami malah ingin tidur di atas bangku karena kelelahan. Jadi, gini rasanya jadi tunawisma 😀 Masih banyak tempat wisata yang belum kami kunjungi di Praha, tapi perjalanan kali cukup puas. Puas capeknya bawa carier 😀 Well, semoga bisa kemari lagi suatu hari nanti, dengan cerita berbeda atau mungkin orang yang berbeda juga 🙂
Thank you Praha for the warm welcome. Aku seorang pemimpi yang terlalu mabuk hingga lupa cara untuk bangun! Bermula sejak aku membeli peta dunia dengan uang pinjaman dari salah satu sahabat. Lalu mulai melingkari satu-satu kota yang ingin kukunjungi. Mulai dari Turki, lalu berlanjut ke Eropa. Asia dan Afrika juga tak lupa kulingkari. Aku tak tau kapan mimpi-mimpi itu bisa kugapai, bahkan untuk percaya saja rasa berani itu tak ada. Sedikit harapan bahwa suatu hari mimpi itu akan nyata. Aku selalu bilang ke Ibu bahwa nantinya aku akan berada di benua Eropa, entah bagaimana pun caranya. Ibu hanya menatap dan tersenyum, lalu ia berdoa. Mungkin doa itu yang menjadi kekuatan mimpi-mimpiku jadi nyata. Entah seberapa sering Ibu mengucapkan doa itu, tapi yang pasti saat ini, doa Ibu terkabul. Dua minggu setelah aku menginjak kakiku di Jerman untuk mengikuti program Erasmus, teman-temanku mengajak trip keliling Eropa. Mendengarnya saja aku kaget, harus berapa banyak uang yang akan keluar untuk trip ini? Beasiswa Erasmusku belum keluar dan uang yang kupunya pas-pasan. Namun mereka ternyata telah menyelesaikan detail semua pengeluaran. Budget yang mereka terka sekitar 300 Euro total dengan semua tiket untuk 7 negara 10 kota. Dengan harga segitu kurasa cukup murah keliling Eropa. Aku pun bersedia ikut dan mulai mempersiapkan semuanya. Kami berencana trip berempat, dari semuanya aku lah perempuan satu-satunya. Farabi, temanku dari Bursa, saat ini Erasmus di Polandia. Haykal, mahasiswa Istanbul dan sedang Erasmus di Tubingen, Jerman. Aznil, adik kelas Haykal, Erasmus di Jerman juga. Semuanya kebetulan sama-sama dari Aceh sepertiku. Kenapa berani ngambil keputusan buat keliling Eropa bareng cowo? Awalnya aku sempat ragu, tapi karena tau siapa orang-orang yang akan pergi bersamaku, rasa ragu itu sedikit menghilang dan ditambah lagi tidak ada mahasiswi yang kukenal sedang ikut Erasmus. Farabi kenal satu mahasiswi Turki yang sedang ambil Erasmus juga di Polandia, tapi sayangnya dia tidak bisa ikut. Jadi, mau ga mau, aku harus jadi perempuan sendiri di trip ini. Ini pertama kalinya aku backpacker. Pengetahuanku tentang trip bisa dibilang nol besar. Farabi yang ngejelasin semuanya ke kita, apa yang harus dibawa, apa yang harus dipersiapin, dll. Well, bisa dibilang trip ini 60 persen plan Farabi. Tapi kita ga terima jadi juga. Kita bagi tugas buat cari info negara-negara yang bakalan dikunjungi. Cari peta, cari Islamic center atau mesjid terdekat dengan tempat pariwisata, cari makanan halal, cari harga daily ticket bus atau metro di negara masing-masing, cari tempat penitipan carier, kalau harus nginap, cari hostel ataupun orang Indonesia yang tinggal di sana. Kita bagi tugas untuk ini dan masing-masing harus ngirim data ke tiap orang sebelum berangkat. Trip pertama kita kali ini bakalan ke Eropa Timur, which is dimulai dari Prague terus ke Bratislava, Budapest, Vienna, Milan, Munich, Padova, Venice, Roma, dan Vatikan. Well, gimana serunya trip kita? Baca di cerita selanjutnya yaaa.. Tahun ini aku berkesempatan menjadi bagian dari GISBI, Gita Seni Budaya Indonesia di Istanbul. GISBI adalah cabang organisasi PPI Istanbul yang fokus dalam seni dan budaya Indonesia. Di sinilah duta-duta budaya bangsa berkumpul. Rasa bangga memenuhi hatiku ketika mendaftar menjadi anggota untuk mengikuti lomba yang dilaksanakan oleh Türk Ocağı. Menjadi satu-satunya anggota baru membuatku berfikir akan menjadi orang asing nantinya, walaupun hampir semua anggota adalah orang yang kukenal. Tetapi, pikiranku salah. GISBI cukup hangat menyambutku, aku bahkan lupa bahwa aku adalah anak baru di antara mereka. Kami berkumpul setiap Sabtu di KJRI Istanbul untuk mempersiapkan perlombaan. Ada tiga perlombaan yang diadakan, musik, tari, dan cerdas cermat. GISBI mengikuti dua perlombaan: tari dan musik. Aku hanya mengikuti musik kali ini dan kami akan membawakan tiga lagu Indonesia (Tanah Air, Yamko Rambe Yamko, Rasa Sayange) dengan angklung, gambang, gendang, dan gitar. Sedang untuk tari akan menampilkan tarian Prajurit dari Jawa. Perbedaan waktu kuliah, tugas yang bertumpuk, dan minggu ujian membuat kami terkadang latihan dengan anggota yang tidak lengkap. Tetapi, hal itu tidak menyurutkan semangat. Latihan tetap dilaksanakan, kami ingin menampilkan yang terbaik dan menjadi juara kali ini. Di hari Jumat semua anggota menginap di KJRI untuk mempersiapkan semuanya, baik dari segi kostum hingga persiapan peralatan musik. Sabtu, 28 Mei acara perlombaan dimulai. Kami turun dari servis dengan membawa alat-alat menuju panggung dan langsung menjadi titik perhatian. Bagaimana tidak? Kostum warna-warni dan unik yang kami pakai cukup menjadi sorotan baru di sekitar panggung. Musik tampil lebih dulu dari tari. Angklung dan gambang yang kami bawa pun membuat penonton penasaran. Atraksi musik berlangsung dengan lancar ditutup dengan tepuk tangan meriah dari kursi penonton. Giliran penampilan tari di siang hari. Bangga menelusuri hatiku. Musik dan tari yang kami bawa menjadi warna baru di panggung hari itu. Kreativitas dan ragam budaya mampu mengesankan setiap mata. Penonton tak berhenti bersorak selama atraksi. Selesai atraksi pun banyak wartawan mengelilingi GISBI juga penonton yang minta foto bareng. Nama Indonesia dikenal! Rasa bangga bertambah di akhir acara. GISBI naik panggung lagi, tetapi untuk meraih dua juara sekaligus. Musik berhasil mendapatkan juara Special Award dan tari kembali menoreh juara pertama selama empat tahun berturut-turut. Suatu kebanggaan luar biasa untuk Indonesia! Aku benar-benar bangga menjadi bagian dari mereka.
Kami berterima kasih kepada KJRI Istanbul, PPI Istanbul dan seluruh masyarakat Indonesia yang telah mendukung kami selama persiapan hingga penampilan. Prestasi ini tidak akan mungkin kami dapat tanpa ada dukungan dari segala pihak. Dukungan tersebutlah yang mampu memotivasi kami untuk terus berdiri dan melukiskan warna baru di panggung-panggung lainnya di seluruh dunia. Dan GISBI, masih akan terus bersinar dan mengukir prestasi budaya, langkah kami belum selesai dan langkah ini tidak akan pernah selesai. Cinta kami dan salam sami untuk Ibu pertiwi dari Negeri Osmani. Satu tahun telah berlalu. Masa kepengurusan PPI Istanbul periode 2014-2015 telah berakhir. Perjuangan menjadikan PPI Istanbul sebagai rumah tentu saja bukan hal yang mudah. Karena rumah tak akan terbentuk hanya dengan seorang ibu dan ayah. Tiang-tiang tak terlihat harus ada, anak-anak contohnya. Dan setiap anak pasti memiliki karakter berbeda. Entah aku termasuk satu dari yang nakal atau mungkin cukup membanggakan.
Namun yang pasti, rumah telah mengajarkanku lebih kuat menerima kritikan pedas dari orang-orang yang seakan peduli terhadap rumah walaupun sebenarnya tidak, menjadikanku lebih cerdas mengatur waktu yang begitu sempit, dan mengenalkanku dengan sebuah keluarga kecil yang hangat. Perjuangan ini sejatinya belum berakhir, tapi rumah telah berhasil menumbuhkan benih-benih baru yang samar tentang organisasi menjadi sebuah pohon muda yang masih akan terus tumbuh hingga menghasilkan bunga yang indah dan buah yang manis untuk dipersembahkan kepada Ibu Pertiwi. Terima kasih Rumah Kita untuk setahun yang penuh dengan canda dan duka, pengalaman, dan keluarga. Perjuangan ini masih akan terus ada, mungkin di pintu rumah yang lain, tapi kami tak akan melupakan rumah kecil kita. Salam PPI Istanbul 2014-2015 Rumah Kita Liburan kali ini memang tak membuatku benar-benar terlepas dari kegiatan wajibku di organisasi mahasiswa Istanbul. Salah satunya Bulekat, buletin mahasiswa Aceh. Bulekat kini susah masuk edisi keempat dan aku pun memperoleh kesempatan untuk menulis di rubrik pelajar berprestasi. Awalnya aku sempat kesusahan mencari pelajar yang terbaik dari yang terbaik hingga akhirnya Allah mempertemukanku dengan seorang siswa SMA kelas 3 di Imam Hatip International School Kayseri, Turki. Namanya Teuku Maulana Akbar, dia juga berasal dari Aceh. Seperti namanya, cerita kehidupannya pun tak kalah besar. Aku memang percaya bahwa keajaiban itu ada dan kali ini aku dipertemukan kembali dengan keajaiban tersebut. Akbar adalah anak berprestasi, mulai ia berada di bangku SMP sampai saat ini, banyak sekali perlombaan lokal hingga internasional dijuarai adik kelasku ini. Dan kemenangan yang paling besar untuknya adalah ketika ia berhasil menghafal Al Quran dalam waktu dua minggu. Subhanallah. Aku pun berkesempatan mendengar cerita luar biasa dari anak yang bercita-cita menjadi ustadz multitalenta ini. Akbar mengisi masa liburannya untuk mengikuti program 30 hari hafal AlQuran yang dilaksanakan di Belitung. Karena ada ujian di Turki ia harus ketinggalan dua minggu karantina. Ketika ia masuk teman-temannya sudah menghafal 15-25 juz, sedangkan Akbar hanya memiliki modal 7 juz saja. Namun, semangat dan tekad yang kuat membuat Akbar terus berniat bahwa ia akan memulai dari Al Fatihah dan akan menyelesaikannya dengan An Naas. Ketika sampai di juz sebelas, Akbar sempat menyerah. Akbar merasa ini terlalu berat untuknya dan ia tak sanggup. Akan tetapi, ustadz pembimbing terus men-support. Akbar pun memilih untuk melanjutkan hafalannya. Ia pun akhirnya menjadi motivasi untuk seluruh peserta lainnya. Akbar juga membeberkan bahwa di program tersebut terkadang ia menghafal sambil bermain ayunan dan menaiki perahu di danau. Program ini memang memilih tempat dengan alasan agar para calon hafiz santai dengan nuansa alam yang menenangkan. Motivasi yang tak henti diberikan oleh para pembimbing pun membuat para peserta terus semangat. Sampai di hari ke-28. Akbar pun menelpon kedua orang tuanya. Ia telah sampai di Surat Al Kafiruun. Akbar menangis, Ibunya tak bisa berkata-kata. Esoknya para hafiz muda itu dibawa ke pantai Laskar Pelangi. Di sanalah Akbar menyetorkan hafalan terakhirnya. Ia membaca Al Kafiruun hingga An Naas dengan linangan air mata. Hari itu, semesta menjadi saksinya menuntaskan mimpinya. Hanya sujud syukur yang mampu mengakhiri perjuangan panjangnya mulai dari Al Fatihah. Akbar, ia telah berhasil menaklukan dirinya, ia berhasil mencapai apa yang sebelumnya tak pernah ia capai. Allah telah mengangkat derajatnya dan menjadi inspirasi yang luar biasa. Hanya satu pesan dari kakakmu ini adikku, tetaplah istiqomah, tetaplah menjadi dirimu yang rendah hati, kini beban di pundakmu sangat berat, jangan pernah melepasnya, kamu akan tahu kenikmatan yang terlezat darinya. Selamat adikku, karena kamu telah berhasil mempersembahkan mahkota surga untuk kedua orang tuamu, doakan pula kami agar bisa mengikuti jalanmu, Dik. Teruslah bersinar, teruslah menginspirasi dan menjadi rencong Aceh yang berbeda dari yang lain :) Holiday will be end soon, may be is the best word for me at the moment. Ya, hanya tinggal beberapa minggu lagi dan aku akan kembali meniti hari-hari yang penuh dengan tugas kuliah. Beberapa temanku bahkan sudah kembali ke kota mereka. Hanya sedikit saja yang masih tinggal, itupun sibuk mengurusi persiapan rantau. Holiday yang cuma tiga bulan ini memang tidak banyak kuhabiskan di luar rumah, hanya sesekali saja aku berkumpul bersama teman-teman SD dan SMPku. Quality time dengan keluarga memang lebih menjadi prioritasku untuk liburan kali ini, berhubung rasa kangen tingkat dewa selama aku di Turki, apalagi dengan masakan Ibu. Kadang kalau lagi ngumpul bareng aku lebih memilih untuk tidak memesan makanan demi bisa makan di rumah. Hahaha The best part dari liburan kali ini adalah ketika aku bisa reunian bareng dengan temen temen SD yang super kocak. Anak-anak yang ga mau waktu kuliah mereka ngeganggu waktu liburan. Saplek! Mereka lebih milih jalan-jalan daripada kuliah guys. Ga bener nih! Haha. Tapi, İPK mereka ga bisa diremehin ternyata. Kok bisa ya? Yang paling seru itu adalah waktu kami sepakat untuk pergi naik kapal ke Pusong. Pusong adalah sebuah pulau kecil yang berada ga begitu jauh dari pesisir pantai kotaku. Namun, tak banyak orang yang datang ke pulau itu karena takut dengan transportasi yang ada. Jelas, aku berada di ujung paling barat Indonesia, kualitas fasilitas yang ada tentu tak sama dengan yang ada di Istanbul. Hanya dengan bermodalkan kapal kayu kecil kami menyebrang. Yang paling ekstrim dari perjalanan ini adalah kami harus duduk di atas atap kapal guys dikarenakan kursi penumpang yang penuh dengan balok balok es. What the tragedy! Awalnya aku sempat takut karena posisi kapal yang oleng, tapi keceriaan dari teman-teman membuat ketakutan itu menguap seketika. Hanya dalam setengah jam kami sampai di kota Pusong setelah melalui pemandangan apik dari hutan bakau di sekitar. Sayang, Pusong tenyata masih sangat tidak terawat, banyak sampah berserakan dan stuktur tanah yang lembab membuat Pusong terlihat sangat kumuh. Tak berlama-lama kami segera menyewa kapal untuk menyebrang ke pulau kecil yang berada di seberangnya lagi guys. Telaga Tujoh. Pulau dengan pasir putihnya yang keren banget. Sebelumnya kami sempat membeli pisang terlebih dahulu untuk memberi makan monyet yang berada di sisi lain pulau agar tak mengganggu kami nantinya. Cukup banyak monyet di pulau ini. Nah, setelah memberi makan mereka barulah kami berhenti di pantai terdekat. Stukur belum banyak yang tau tempat ini, sayang kalau nantinya pantai cantik ini juga ikut tercemar seperti tempat wisata lainnya. Cukup lama kami berada di pulau ini dan berfoto-foto ria juga makan siang. Perjalanan yang melelahkan terbayar dengan keindahan panoramanya. Sebentar lagi ia akan pulang, meninggalkan orang-orang yang selama ini tak mempedulikannya, mungkin juga aku. Ia sering kutinggal sendirian. Ia kulupakan. Kukatakan ia begitu istimewa, tapi perlakuanku padanya tak lah luar biasa. Aku meninggalkannya sendirian selama satu bulan. Lebih sering memegangi smartphone dan update status dibanding membuka lembaran Al-Quran. Tak sibuk mencari ampunan, kalah dengan ingatan baju baru dan THR lebaran. Aku sering melalaikannya, lupa tarawihnya ketika buka bersama, tak banyak sedekah, takut tak cukup untuk keperluan mudik nantinya. Aku melupakannya, dan kini ia akan pergi. Entah akan kembali lagi untuk menyapaku tahun depan? Ramadhan, aku mungkin tak pantas mengharapkanmu memanggilku di Ar Rayyan. Here I am... After iftar with elementary friend now it's the time to the story of junior high school! 77 PEOPLE!!! It was just being really amazing iftar ever. What to say except a happiness? This is Cut Nyak Dhien girls due to we stayed at Cut Nyak Dhien dormitory when we were in junior high school. My junior high school was Islamic dormitory high school called Madrasah Ulumul Quran (MUQ) it was in Arabic means School of Quran Knowledge. Here we were taught about Quran and had to remember the verse. Now, I will introduce these girls. From the left, the blue scarf's is Risma. She is my friend-since-we-were-in-kindergarden. Yeah, long time being my friend made people said we were looked like twins, were we? We seperated after I went to another high school and she stayed at MUQ. But she always be the best in my heart. She dreams to go to Japan one day besides me dream to Holland... Next, Afra. We met in the kindergarden too and became close in the elementary. Same class since the first class. Afra just stayed three months in MUQ cause it kind of hard to live there. The water, the food, it was bad. And Afra couldn't pass it. Afra now study physic, whaaat?? Hard lesson... Beside her is Nana. She got slimmer! Me jealous :( This girl now live in Jakarta and study farmacy. I knew she will be in this field cause her chemistry was good. After her is Bedah. My lovely girl. She was just one year in the school and after that moved to another school in Java. Have a nice voice, confident, optimistic, love to draw and photography was her character. I couldn't believe she moved. But i was happy cause her next school made her better. She became more religious and her Arabic is amazing! |
SELAMAT DATANG :DCategories
All
Archieve
December 2020
|